Faktor keberhasilan pendidikan di SMK yang dapat dilihat secara umum
adalah:
1. Terserapnya tamatan di dunia kerja sesuai dengan kompetensi pada
program keahliannya.
2. Mampu mengembangkan diri dalam berwirausaha sehingga dapat
menciptakan lapangan kerja baru.
3. Mampu bersaing dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Namun pada kenyataannya indikator keberhasilan tersbut tampaknya
belum dapat sepenuhnya diwujudkan oleh semua penyelenggara pendidikan
sekolah menengah kejuruan (SMK) sehingga memunculkan pernyataan yang
memvonis bahwa mutu pendidikan nasional masih rendah.
Pada penyelenggara pendidikan atau sekolah yang berhubungan langsung
terhadap output (mutu) kelulusan tidak dapat dituding sebagai lembaga yang
bertanggung jawab secara mutlak. Meskipun telah diupayakan berbagai langkah
oleh pemerintah dengan metode dan perumusan oleh pakar-pakar pendidikan
namun belum menghasilkan hasil yang menggembirakan. Terlalu komplek
permasalahan yang timbul yang harus ditangani secara menyeluruh dan bertahap.
Sebagian pendapat menganggap bahwa yang menjadikan mutu pendidikan tidak
mengalami peningkatan secara merata karena adanya beberapa faktor yang antara
lain :
1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan
metode Educational Production Function Approach atau Input Output
Analysis Approach tidak dilaksanakan secara konsekuen.
2. Penyelengaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik
sentralistik, sehingga penyelenggara pendidikan sangat tergantung
birokrasi yang sangat panjang dan sering kebijakan yang seragam tersebut
tidak sesuai dengan kenutuhan sekolah.
3. Peran serta masyarakat, khususnya orang tua/wali siswa masih sangat
kurang dalam proses peyelenggaraan pendidikan.
B. Manajemen berbasis sekolah (MBS)
Howard M. Carlisle menyatakan : Management is the process by which
the element of a group are integrated, coordinated, and efficiently achieve
objective (Manajemen adalah proses pengintegrasian, pengkordiasian dan
pemanfaatan elemen-elemen suatu kelompok untuk mencapai tujuan secara
efisien).
Dengan demikian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan proses
pengintegrasian, pengkoordinasian dan pemanfaatan dengan melibatkan secara
menyeluruh elemen-elemen yang ada pada sekolah untuk mencapai tujuan (mutu
pendidikan) yang diharapkan secara efisien.
Atau dapat diartikan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah
model manajemen yang memberikan otonomi (kewenangan) yang lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan yang partisipatif yaitu
melibatkan semua warga sekolah berdasarkan kesepakatan bersama.
Dengan adanya otonomi (kewenangan) yang lebih besar diharapkan
sekolah memiliki kewenangan secara mandiri dalam mengelola sekolah dan
memilih strategi dalam meningkatkan mutu pendidikan serta dapat memilih
pengembangan program yang lebih sesuai dengan potensi kebutuhan daerah
dimana lulusannya akan diproyeksikan.
C. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Tujuan Umum MBS :
Memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian otonomi
kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif.
Tujuan Khusus MBS :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada masyarakat.
4. Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang ingin dicapai.
D. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen yang
bernuansa otonomi, kemandirian dan demokratis.
1. Otonomi, mempunyai makna bahwa kewenangan sekolah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan warga sekolah dalam mencapai tujuan sekolah
(mutu pendidikan) menurut prakarsa berdasarkan aspirasi dan partisipasi
warga sekolah dalam bingkai peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
2. Kemandirian, mempunyai makna bahwa dalam pengambilan keputusan
tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik dalam mengelola sumber
daya yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan metoda dalam
memecahkan persoalan yang ada, mampu menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan serta peka dan dapat memanfaatkan peluang yang ada.
3. Demokratif, mempunyai makna seluruh elemen-elemen sekolah dilibatkan
dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi
pelaksanaan untuk mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan) sehingga
memungkinkan tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat
dukungan dari seluruh elemen-elemen warga sekolah.
E. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Karakterisitk Manajemen Barbasis Sekolah tentunya tidak terlepas dari
pendekatan Input, Proses, Output Pendidikan.
1. Input Pendidikan
a. Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
b. Tersedianya sumber daya yang kompetitif dan berdedikasi.
c. Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
d. Komitmen pada pelanggan.
2. Proses Pendidikan
a. Efekttivitas dalam proses belajar mengajar tinggi.
b. Kepemimpinan yang kuat.
c. Lingkungan sekolah yang nyaman.
d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.
e. Tim kerja yang kompak dan dinamis.
f. Kemandirian, partisipatif dan keterbukaan (transparasi).
g. Evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
h. Responsif, antisipatif, komunikatif dan akuntabilitas.
3. Output yang diharapkan
Pada dasarnya output yang diharapkan merupakan tujuan utama dari
penyelenggaraan pendidikan secara umum.
F. Langkah-langkah Perumusan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Untuk merumuskan implementasi manajemen berbasis sekolah harus ada
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan
Pada langkah awal perumusan MBS, hal-hal yang perlu dilaksanakan
adalah :
a. Mengidentifikasi sistem, budaya dan sumber daya, mana yang perlu
dipertahankan dan mana yang harus dirubah dengan memperkenalkan
terlebih dahulu format yang baru dan tentunya lebih baik.
b. Membuat komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur yang
bertanggung jawab, jika terjadi perubahan sistem, budaya dan sumber
daya yang cukup mendasar.
c. Hadapilah penolakan terhadap perubahan dengan memberi pengertian
akan pentingnya perubahan demi mencapai tujuan bersama.
d. Berkerja dengan semua unsur sekolah dalam menjelaskan atau
memaparkan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-program
penyelenggaraan MBS.
e. Menggaris bawahi prioritas sistem, budaya dan sumber daya yang
belum ada dan sangat diperlukan.
2. Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah
Pada umumnya tantangan sekolah bersumber pada output (lulusan)
sekolah yang meliputi kualitas, produktifitas, efektibilitas dan efisiensi.
Maka sangat diperlukan identifikasi dari hasil analisis output untuk
mengetahui tingkat kualitas, produktifitas, efektibilitas dan efisiensi dari
output yang dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan.
3. Merumuskan visi, misi, tujuan sasaran sekolah yang dapat menjamin
kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah.
- Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah, agar
sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangannya.
- Misi adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi
tersebut.
- Tujuan adalah apa yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh sekolah
yang bersangkutan dan kapan tujuan itu mungkin dicapai.
- Sasaran adalah penjabaran tujuan yang akan dicapai oleh sekolah
dalam jangka waktu lebih pendek dibandingkan dengan tujuan sekolah.
Rumusannya harus berupa peningkatan yang spesifik, terukur, jelas
kriterianya dan disertai indicator yang rinci.
4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran.
Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah unsur-unsur kegiatan beserta unsurunsur
pendukungnya yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri.
Sejauh mana kesiapan fungsi-fungsi tersebut terhadap kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam mencapai sasaran.
5. Melakukan analisis potensi lingkungan (analisis SWOT)
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali kesiapan
setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan utnuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Prinsip analisis SWOT adalah :
- Kekuatan-kekuatan apa yang kita miliki ?
Bagaimana memanfaatkannya ?
- Kelemahan-kelemahan apa yang kita miliki ?
Bagaimana meminimalkannya ?
- Peluang-peluang apa yang ada ?
Bagaimana memanfaatkannya ?
- Ancaman apa yang mungkin menghambat keberhasilan ?
Bagaimana mengatasinya ?
6. Memilih langkah-langkah alternatif pemecahan persoalan.
Dalam setiap kegiatan dimungkinkan adanya permasalahan yang timbul.
Hendaklah kita tidak menghindari masalah akan tetapi harus kita hadapi
dengan solusi pemecahan yang sudah kita rencanakan sebelumnya.
7. Menyusun Rencana Program Peningkatan Mutu.
Penyusunan program peningkatan mutu harus disertai langkah-langkah
pemecahanan persoalan yang mungkin terjadi. Fungsi yang terlibat beserta
unsur-unsurnya membuat rencana program untuk jangka pendek,
menengah dan jangka panjang serta bersama-sama merealisasikan rencana
program tersebut. (rencana program biasanya tertuang dalam renstra
sekolah).
8. Melaksanakan Rencana Program Peningkatan Mutu
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu maka fungsi-dungsi
terkait hendaknya memanfaatkan sumber daya secara maksimal, efektif
dan efisien.
9. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu
mengadakan evaluasi pelaksanaan program, baik program jangka pendek
maupun program jangka panjang.
10. Merumuskan Sasaran Peningkatan Mutu Baru.
Dari hasil evaluasi kita dapat memperoleh tingkat keberhasilan dan
kegagalannya sehingga dapat memperbaiki kinerja program yang akan
datang. Disamping itu evaluasi juga sangat berguna sebagai bahan
masukan bagi sekolah untuk merumuskan sasaran (tujuan) peningkatan
mutu untuk tahun yang akan datang.
G. Penutup.
Bahwa penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan menghasilkan
nilai positif bagi sekolah antara lain :
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
bagi sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah dapat lebih
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan skala prioritas.
3. Pengambilan keputusan lebih partisipatif terutama dalam hal :
a. Menetapkan sasaran peningkatan mutu
b. Menyusun rencana peningkatan mutu
c. Melaksanakan rencana peningkatan mutu
d. Melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu.
4. Penggunaan dana lebih efektif dan efisien sesuai dengan skala prioritasnya
5. Keputusan bersama lebih menciptakan transparasi dan demokrasi
6. Dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab.
7. Menumbuhkan persaingan sehat sehingga diharapkan adanya upaya
inovatif.
SUMBER PUSTAKA
1. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktorat Pendidikan
Menengah Umum Depdiknas.
2. Buku Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi 2004
Kamis, 15 Oktober 2009
Langganan:
Postingan (Atom)